Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

VipDominoLounge – Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di RumahSimak tanda-tanda seseorang mengalami hikikomori. Mungkin sebagian dari kita masih belum familiar dengan istilah hikikomori. Ya, hikikomori merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang berarti tindakan seseorang yang menarik dirinya dari lingkungan sosial. Umumnya, perilaku ini dialami oleh anak-anak usia remaja. Namun, orang dewasa pun juga ada yang mengalaminya, lho.

Fenomena seperti ini disebabkan karena seseorang mengalami trauma psikis. Misalnya akibat gangguan depresi, ketakutan, kecemasan, korban perundungan, dan sebagainya. Nah, untuk mengetahui lebih jelas tanda-tanda seseorang mengalami hikikomori, yuk, simak informasinya di bawah ini!

1. Remaja yang mengalami fenomena hikikomori biasanya lebih betah beraktivitas di dalam rumah

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Aktivitas yang dilakukan oleh remaja yang mengalami hikikomori selalu berpusat di dalam rumah. Tentunya hal ini berbanding terbalik dengan kebanyakan remaja lainnya. Mereka lebih senang bermain di luar rumah, berinteraksi dengan orang lain, berkumpul, dan melakukan berbagai hal yang menyenangkan. Sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan remaja hikikomori.

Mereka yang mengalami fenomena ini lebih betah berada di rumah terutama di dalam kamar. Aktivitas sehari-hari yang biasa mereka lakukan seperti menonton, bermain game, tidur sepanjang waktu, dan lain-lain. Bahkan mereka juga jarang berinteraksi dengan anggota keluarga. Nah, pernahkah kamu menjumpai seseorang dengan ciri-ciri seperti ini?

2. Mereka tidak memiliki ketertarikan dengan dunia luar

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Hikikomori adalah bentuk tindakan seseorang yang menjauhi dirinya dari lingkungan sosial. Tentunya mereka tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Sebab hal itu akan membuat mereka merasa takut dan cemas saat bertemu dengan orang lain.

Ketika seseorang tidak memiliki hasrat berbaur dengan orang lain maka akan timbul ketidaktertarikan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka cenderung menghindari segala bentuk interaksi. Bahkan, mereka merasa lebih nyaman apabila tidak ikut terlibat di lingkungan sosial. Biasanya hal ini terjadi karena seseorang mengalami trauma akibat perundungan.

3. Mengisolasi diri di dalam rumah dalam jangka waktu yang cukup lama

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Remaja yang mengalami hikikomori lebih betah beraktivitas di rumah terutama di kamar pribadinya. Mereka jarang keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan lebih senang berada di dalam kamar dalam waktu yang cukup lama.

Dilansir Ineffableliving, orang yang mengalami hikikomori cenderung mengurung dirinya kurang lebih selama enam bulan. Mereka keluar rumah hanya di waktu tertentu saja. Misalnya, di saat kondisi yang tidak terlalu ramai. Selain itu, mereka lebih menghindari lokasi yang banyak dikerumuni orang.

4. Remaja hikikomori hanya memiliki beberapa orang teman saja. Bahkan ada yang tidak memiliki teman sama sekali

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Remaja yang mengalami fenomena ini cenderung membatasi diri dari segala bentuk interaksi sosial. Mereka betah menjalani hidupnya tanpa menjalin hubungan dengan siapa pun. Bahkan, ada juga, lho yang sanggup tidak memiliki teman sama sekali.

Nah, hal ini tentunya bisa membuat mereka sulit berbaur dengan orang lain. Jika dibiarkan begitu saja, itu akan berakibat buruk terhadap kondisi mentalnya. Oleh sebab itu, ajaklah mereka untuk berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Jangan biarkan mereka betah sendirian di rumah. Atau kita bisa membawanya berkonsultasi dengan ahli psikologi untuk menangani fenomena ini.

5. Mengubah kebiasaan seperti waktu tidur dan jadwal makan

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Remaja hikikomori cenderung mengubah kebiasaan yang jarang dilakukan oleh orang lain. Misalnya, lebih suka memilih beraktivitas di waktu malam hari. Mereka juga mengubah jam istirahatnya menjadi di siang hari. Hal ini bertujuan agar mereka bisa menghindari interaksi dengan orang lain.

Tindakan seperti ini dapat membuat pola hidup seseorang menjadi tidak teratur. Tidak hanya menganggu kondisi mentalnya saja, namun juga bisa menganggu kesehatan tubuh mereka. Oleh sebab itu, ajaklah mereka berbaur dengan lingkungan sosial agar mereka bisa perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan ini.

6. Biasanya orang yang mengalami hikikomori masih bergantung dengan orang tuanya

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Fenomena hikikomori membuat seseorang menjadi enggan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Mereka merasa tidak nyaman apabila bertemu dengan orang lain. Hal ini membuat mereka tidak mampu hidup secara mandiri. Sehingga mereka selalu bergantung kepada orang tuanya.

Hikikomori tidak hanya di alami oleh anak usia remaja saja. Bahkan juga di alami oleh orang dewasa. Ketika mereka tidak mampu berbaur dengan orang lain, akan membuat mereka sulit mendapatkan pekerjaan. Sehingga hal ini membuat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mau tidak mau mereka harus bergantung kepada orang tuanya, baik dari segi finansial maupun dari segi yang lainnya.

7. Hanya bisa berinteraksi dengan seseorang yang belum di kenal

7 Tanda Remaja Mengalami Hikikomori, Betah Berdiam Diri di Rumah

Biasanya, mereka yang mengalami hikikomori tidak suka berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Mereka malah senang berinteraksi dengan orang yang belum mereka kenal. Misalnya, menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan seseorang.

Hal ini tentunya membuat mereka betah berada di dalam rumah sepanjang hari. Mereka tidak perlu keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang di lingkungannya. Cukup dengan menggunakan gawai saja, mereka sudah bisa mengobrol atau berteman dengan seseorang.

Nah, apabila kamu menjumpai seseorang yang mengalami fenomena ini, jangan di biarkan begitu saja. Berikanlah mereka nasihat agar bisa mengubah kebiasaan ini. Jika hal itu tidak berhasil, ajaklah mereka berkonsultasi ke psikolog agar bisa mendapat penanganan.

SUMBER BERITA : VIP DOMINO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *