Mengenal Buah Kepel, Buah Tropis yang Kini Mulai Langka

VipDominoLounge Mengenal Buah Kepel, Buah Tropis yang Kini Mulai Langka.Pernah mendengar atau mungkin mencoba buah kepel? Jika belum, maka saatnya kamu berkenalan dengan buah yang mirip sawo ini. Katanya, buah kepel merupakan buah yang di konsumsi putri zaman Keraton Mataram untuk menghilangkan bau badan.

Pernah menjadi ‘buah ningrat’ pada masanya, kini buah kepel justru kurang populer dan berpotensi menjadi tumbuhan langka, lho! 

Mengenal buah kepel

Mengenal Buah Kepel, Buah Tropis yang Kini Mulai Langka

Buah kepel, yang memiliki nama ilmiah Stelechocarpus burahol adalah tanaman yang di yakini berasal dari Indonesia. Di nyatakan demikian, karena persebaran alaminya banyak di pulau Jawa, khususnya di Yogyakarta. 

Dalam bahasa Jawa, ‘kepel’ artinya sekepalan tangan. Ini di sebut demikian, karena buah kepel ukurannya gak beda jauh dengan telapak tangan yang menggenggam. Di Sunda, buah ini di sebut burahol atau turalak, sedangkan dalam bahasa Inggris di kenal sebagai keppel apple.

Tanaman buah kepel termasuk dalam famili Annonacecae dengan tinggi tumbuhan 6-20 meter. Batangnya berbentuk lurus berwarna cokelat tua dengan permukaan memiliki benjolan-benjolan bekas bunga dan buah. Diameter batangnya bisa mencapai 40 sentimeter saat dewasa. 

Adapun daun buah kepel termasuk jenis daun tunggal alias folium simplex. Bentuknya berbentuk jorong memanjang elliptico-oblongus dengan panjang 10-28 sentimeter dan lebar 4-10 sentimeter. Selain itu, bunganya juga berkelamin tunggal, berwarna kuning kehijauan, dan mengeluarkan bau yang harum.

Persebaran dan lingkungan hidup

Publikasi dalam Jurnal Warta Kebun Raya edisi November 2021 menyatakan, buah kepel merupakan buah asli daerah tropis yang di duga berasal dari Asia Tenggara. Indonesia dan Malaysia merupakan negara tempat buah ini banyak di jumpai. Bukan hanya itu, buah kepel juga tersebar hingga ke Kepulauan Solomon, bahkan Australia. 

Di Indonesia, beberapa kawasan yang menjadi tempat tumbuh tanaman ini adalah kawasan Keraton Yogyakarta, Kebun Raya Bogor, dan Kebun Raya Purwodadi. Lalu, ada pula Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Kiai Langgeng di Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Jawa adalah daerah pusat keragaman buah kepel, bahkan memungkinkan sebagai daerah asal. JOINSINI

Tumbuhan dari buah kepel hidup di hutan sekunder dataran rendah dengan ketinggian 600 mdpl. Tanaman buah kepel membutuhkan cahaya matahari yang cukup. Meski demikian, kepel juga dapat tumbuh baik di antara rumpun bambu. Adapun untuk musim berbunga terjadi pada September-Oktober dan berbuah pada Maret-April. 

Buah kepel dan Keraton Yogyakarta

Mengenal Buah Kepel, Buah Tropis yang Kini Mulai Langka

Buah kepel mendapat julukan buah keraton. Sebab, buah ini merupakan buah kesukaan putri keraton dan di gunakan untuk perawatan tubuh. Tanaman buah kepel di anggap sebagai satu pohon keramat di kalangan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.  

Konon katanya, terdapat titah raja yang mengharuskan tanaman ini hanya boleh di tanam di halaman keraton dan pejabat tinggi setingkat adipati. Rakyat gak berani menanamnya, karena takut menerima tuah atau tertimpa bala. Itulah alasan mengapa tumbuhan buah kepel hanya d ijumpai di lingkungan keraton.

Bahkan setelah masa kejayaan kerajaan, tumbuhan ini masih jarang dan langka karena gak banyak yang membudidayakan. Alasannya, masih sungkan karena kebiasaan dan adat, serta buahnya di anggap kurang memiliki nilai ekonomi. Di sebut demikian, karena daging buahnya tipis dan rasanya kurang menggugah selera.

Meski begitu, kepel belum termasuk tanaman yang harus di lindungi dan belum terdaftar dalam red list IUCN. Beberapa ahli mengategorikan buah kepel sebagai conservation dependent yang artinya membutuhkan keterlibatan manusia untuk membuatnya terus berkembang biak. 

Melalui Keputusan Gubernur Kepala DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Flora dan Fauna Daerah Provinsi DIY, tumbuhan buah kepel di jadikan flora identitas. Sarat akan mitos, tumbuhan ini juga memiliki filosofi ‘Adiluhung’ yang berarti kesatuan dan keutuhan mental fisik. Selain itu juga bermakna ‘manunggaling sedya kaliyan gegayuhan’ yang bermakna bersatunya niat dengan kerja. 

Upaya perbanyakan tanaman

Mengenal Buah Kepel, Buah Tropis yang Kini Mulai Langka

Meski masih rare dan belum tergolong bahaya punah, tumbuhan buah kepel bisa berubah status menjadi vulnerable alias rawan. Kondisi tersebut semakin berbahaya jika gak ada upaya penanaman dan pelestarian tumbuhan buah kepel. Perbanyakan tanaman ini secara generatif maupun vegetatif harus di lakukan.

Selama ini, penanaman tanaman buah kepel masih mengutamakan cara generatif,  dengan persemaian biji yang membutuhkan waktu lama. Untuk berkecambah, biji kepel
memerlukan waktu sekitar 4-6 bulan tanpa perlakuan khusus. Adapun masa juvenil berlangsung 6-9 tahun, melansir National Parks Singapore. Masa juvenil merupakan fase perkembangan tanaman mulai dari biji hingga menjadi tanaman dewasa dan akhirnya bisa berbunga. 

Usaha pengembangbiakan secara vegetatif juga dilakukan. Sedihnya, upaya perbanyakan dengan stek dan pelapisan udara dilaporkan gak berhasil. Bibit yang tumbuh juga sangat lambat. Tumbuhan mungkin gak menunjukkan pertumbuhan yang jelas selama 10 bulan pertama.

Untuk terus mempertahankan tumbuhan buah kepel, koleksi materi genetik kepel telah dilakukan dari dua sebaran di Jawa Tengah, yakni Karanganyar dan Magelang. Selanjutnya tumbuhan ditanam dalam plot konservasi ex situ yang berada di kawasan Mangunan, Kabupaten Bantul dengan area seluas 3,2 hektare.

Selain itu, upaya pelestarian pohon kepel secara ex situ juga dilakukan di Kebun Raya Purwodadi (KRP). Sejak tahun 1965, KRP telah mengoleksi enam nomor tanaman hidup yang berasal dari hasil eksplorasi di Jawa Timur, yaitu dari Pasuruan dan Malang.

Itulah, ulasan mengenai buah kepel yang menarik untuk diketahui. Gimana, tertarik mencoba buah kepel?POKERONLINE

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *