5 Mitos seputar Gigi Anak yang Harus Diketahui Orangtua, Cek Faktanya!

5 Mitos seputar Gigi Anak yang Harus Diketahui Orangtua, Cek Faktanya!

VIPDOMINOONLOUNGE – POKER ONLINE Mitos seputar Gigi Anak yang Harus Diketahui Orangtua, Cek Faktanya Melihat gigi anak tumbuh untuk pertama kalinya adalah hal yang sangat menggemaskan. Ya, ini akan memberi cara baru anak untuk tersenyum, berbicara, bahkan makan. Sayangnya, banyak sekali mitos tentang merawat gigi anak yang salah kaprah di luar sana.

Tak heran, ini membuat orangtua bingung, bahkan akhirnya kurang memerhatikan kesehatannya. Padahal, kerusakan gigi bisa di mulai segera setelah gigi pertama kali muncul, lho.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, berikut mitos seputar gigi anak yang wajib di ketahui orangtua beserta penjelasan faktanya. Biar gak salah paham lagi, simak sampai selesai, ya!

1. Mitos #1: Gigi susu bayi tidak memerlukan perawatan 

5 Mitos seputar Gigi Anak yang Harus Diketahui Orangtua, Cek Faktanya!ilustrasi anak dengan gigi susu (pixabay.com/Mojpe)

Siapa bilang gigi susu tidak membutuhkan perawatan? Gigi susu justru harus dirawat sedini mungkin karena memiliki peran yang sangat penting di masa depan anak.

Walau bersifat sementara dan akan tanggal, mereka memiliki banyak peran. Mulai dari membantu makan, bicara, menentukan struktur wajah (perkembangan rahang), dan menahan ruang bagi gigi dewasa untuk tumbuh dengan benar.

Gigi susu yang mengalami kerusakan atau hilang terlalu dini dapat menyebabkan adanya pergeseran. Gigi dewasa tumbuh di ruang kosong yang tidak sesuai dengan tempatnya sehingga menyulitkan gigi lainnya untuk menemukan ruang tumbuh. Hal ini bisa menyebabkan pertumbuhannya berjejal atau tidak rata.

Dilansir Parents, gigi dewasa terbentuk tepat di ujung akar gigi susu. Ketika gigi susu mengalami kerusakan, misalnya karena berlubang dan infeksi, gigi dewasa bisa rusak. Menurut penelitian, anak-anak yang memiliki masalah gigi berlubang sejak kecil berisiko tiga kali lipat untuk mengalami masalah yang sama ketika beranjak dewasa.

2. Mitos #2: Tumbuh gigi bisa membuat anak demam

Saat tumbuh gigi untuk pertama kalinya, anak mungkin mengalami peningkatan suhu badan, rewel, dan ketidaknyamanan lainnya. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan bahwa keduanya memiliki hubungan sebab akibat secara langsung. 

Di lansir Healthline, memang benar bahwa tumbuh gigi sedikit meningkatkan suhu badan, tetapi tidak cukup melonjak untuk menyebabkan demam. Jika anak mengalami kondisi ini bersamaan dengan tumbuh gigi, kemungkinan ada penyakit lain yang menjadi penyebabnya atau tubuh sedang tidak fit.

Sebagai informasi, demam pada bayi umumnya di definisikan peningkatan suhu di atas 38 derajat Celcius. Gejalanya dapat berupa berkeringat, menggigil, kehilangan selera makan, dehidrasi, dan kelemahan.

Namun memang benar bahwa proses ini bisa terasa menyakitkan bagi anak-anak. Ini terjadi karena gigi mendorong gusi untuk terbuka agar bisa tumbuh. Ketidaknyamanan tersebut bisa membuat mereka lebih rewel daripada biasanya. Jadi, dampingi mereka selama proses ini, ya.

3. Mitos #3: Anak cukup menyikat gigi sekali sehari

Faktanya, kebiasaan menyikat gigi pada anak-anak dan orang dewasa adalah sama, yaitu di sarankan dua kali sehari, pagi hari dan sebelum tidur. Seperti yang di jelaskan dalam laman Parents, di butuhkan sekitar 24 jam untuk plak (lapisan bakteri penyebab gigi berlubang) membangun kekuatan untuk merusak gigi. Jadi tidak mungkin hanya di butuhkan menyikat gigi sekali sehari.

Menyikat gigi anak dua kali sehari lebih direkomendasikan untuk pembersihan yang menyeluruh. Lakukan ini segera setelah gigi muncul di atas garis gusi. Jika anak belum tumbuh gigi, gunakan kain waslap basah untuk menyeka gusi dan menghilangkan sisa gula dalam mulut.

4. Mitos #4: Pasta gigi dengan flouride tidak baik untuk anak di bawah usia 2 tahun

Penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride memang sempat menjadi pertimbangan untuk anak-anak. Sebab, ada kemungkinan zat tersebut untuk tertelan dan memengaruhi penampilan gigi, seperti menimbulkan bintik putih atau noda cokelat.

Namun, kini penggunaannya justru di sarankan karena fluoride dapat memperkuat email dan mengurangi kemungkinan gigi berlubang. Menurut keterangan American Dental Association (ADA), zat tersebut aman dan efektif untuk anak-anak dengan jumlah tertentu yang di sarankan.

Untuk anak di bawah usia 3 tahun, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan penggunaannya kira-kira seukuran sebutir beras. Sementara itu, untuk anak-anak usia 3 hingga 6 tahun, kira-kira seukuran kacang polong. Orangtua sebaiknya mengawasi anak-anak saat menyikat gigi. Pastikan mereka mengeluarkan ataupun menelan pasta gigi saat melakukannya. JOINSINI

5. Mitos #5: Bayi tidak perlu ke dokter gigi sampai semua giginya tanggal

Faktanya, AAP dan ADA menyarankan untuk menjadwalkan kunjungan pertama ke dokter gigi 6 bulan setelah gigi pertama muncul (sejak anak usia 1 tahun) atau paling lambat 12 bulan. Kunjungan lebih dini akan membantu dokter mengetahui adanya kerusakan yang mungkin terjadi, misalnya gigi berlubang.

Dokter akan membantu memastikan gusi dan gigi anak sehat dan memeriksa perkembangan gigi tumbuh pada jalur yang benar. Selama kunjungan, orangtua juga akan mendapatkan manfaat tentang bagaimana merawat kesehatan gigi anak dan diet rendah gula yang tepat untuk mencegah adanya lubang berlubang, kebiasaan mengisap jari atau dot, dan lain sebagainya.

Itulah beberapa mitos tentang merawat gigi anak dan bayi yang sudah seharusnya di lupakan. Pada dasarnya, perawatan gigi bayi dan anak sama pentingnya dengan orang dewasa. Jadi, jangan di abaikan lagi ya, Moms.

SUMBER BERITA : VIPDOMINO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *