Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatan. Banyak orang yang ketika mendengar pikun, langsung menganggapnya sebagai demensia. Padahal, sebetulnya keduanya adalah hal yang berbeda.
Kasus ini menekankan perlunya pertimbangan diagnostik untuk demensia pada pasien dengan gangguan kognitif, bahkan usianya belum masuk kelompok lansia.
Lantas, apa itu demensia? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
1. Apa itu demensia?
Demensia adalah kumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat, berpikir, tingkah lalu, dan berbicara.
Demensia bukanlah sebuah penyakit tunggal, melainkan istilah untuk menggambarkan sekumpulan gejala yang mengganggu fungsi otak.
Meski begitu, orang dengan demensia memiliki gejala pikun yang cukup parah.
Tingkat keparahan demensia berbeda-beda, dari yang ringan hingga berat. Pada beberapa kasus, demensia bisa mengubah kepribadian. Penyakit yang menyerang otak ini bisa bersifat progresif, yakni dapat memburuk seiring berjalannya waktu. Tak sedikit orang dengan demensia cenderung mengalami kesulitan untuk pulih.
Menurut keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), walaupun umumnya memengaruhi lansia, tetapi demensia bukanlah bagian normal dari penuaan.
Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum dan dapat berkontribusi pada 60-70 persen kasus.
Demensia adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan di kalangan lansia di seluruh dunia.
2. Penyebab
Meski begitu, setiap orang bisa mengalami tingkat keparahan dan gejala yang berbeda tergantung area otak yang mengalami kerusakan.
Melansir WebMD, penyebab paling umum demensia meliputi:
- Penyakit neurologis degeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, dan beberapa jenis multiple sclerosis. Penyakit ini semakin parah seiring waktu.
- Gangguan pembuluh darah. Kondisi ini memengaruhi sirkulasi darah di otak.
- Cedera otak traumatis misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, gegar otak, dan sebagainya.
- Infeksi pada sistem saraf pusat seperti penyakit meningitis, HIV, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob.
- Penggunaan alkohol atau narkotika dalam jangka waktu lama.
- Jenis hidrosefalus tertentu, yaitu penumpukan cairan di otak.
Faktor fisik dan gaya hidup tertentu bisa bikin kamu berisiko lebih tinggi mengalami demensia, termasuk:
- Usia.
- Riwayat demensia dalam keluarga.
- Depresi.
- Merokok, penggunaan alkohol secara berlebihan, pola makan yang buruk, dan jarang olahraga.
3. Jenis
Melansir Medical News Today, ada beberapa jenis demensia, yaitu:
- Jaringan otak pada pasien Alzheimer semakin sedikit sel saraf dan koneksi, dan ukuran otak total menyusut.
- Demensia Lewy body, kondisi neurodegeneratif yang terkait dengan struktur abnormal di otak.
- Demensia kombinasi, mengacu pada diagnosis dari dua atau tiga jenis yang terjadi bersamaan. Misalnya, seseorang mungkin menunjukkan penyakit Alzheimer dan demensia vaskular pada saat yang bersamaan.
Gangguan lain yang dapat menyebabkan gejala demensia meliputi:
- Hidrosefalus tekanan normal saat kelebihan cairan serebrospinal menumpuk di otak.
- Atrofi kortikal posterior menyerupai perubahan yang terlihat pada penyakit Alzheimer tetapi di bagian otak yang berbeda.
- Sindrom Down meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit Alzheimer pada usia muda.
4. Gejala
Menurut keterangan dari WHO, demensia memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda, bergantung pada dampak penyakit dan kepribadian orang tersebut sebelum jatuh sakit.
Pada tahap awal, gejala demensia sering terlewatkan karena onset-nya (gejala awal) bertahap. Gejala umum termasuk:
- Sering lupa.
- Lupa waktu.
Pada tahap menengah, saat berkembang ke tahapan selanjutnya, tanda dan gejalanya akan lebih jelas dan lebih membatasi, termasuk:
- Tersesat di rumah.
- Peningkatan kesulitan dalam berkomunikasi.
- Butuh bantuan dengan perawatan pribadi.
- Mengalami perubahan perilaku, termasuk suka keluyuran dan bertanya berulang-ulang.
Pada tahap akhir, terlihat ketergantungan dan ketidakaktifan yang hampir total. Gangguan ingatan serius dan tanda serta gejala fisik menjadi lebih jelas, meliputi:
- Tidak sadar akan waktu dan tempat.
- Kesulitan mengenali kerabat dan teman.
- Peningkatan kebutuhan untuk perawatan diri.
- Kesulitan dalam berjalan.
- Mengalami peningkatan perubahan perilaku yang mungkin termasuk agresi.
5. Diagnosis
Pada tahap pertama, diagnosis dilakukan dengan melakukan tes melalui beberapa pertanyaan yang diajukan oleh dokter.
Tahap pertama dilakukan dengan tes mental yang meliputi pertanyaan mengenai tanggal lahir, usia, tahun, jam, dan lain-lain.
Setelah itu, tes kedua dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap kerabat dekat pasien. Jika pasien memiliki tanda-tanda hilangnya memori, maka pasien akan disarankan untuk melakukan tes darah secara rutin dan CT scan otak.
6. Risiko komplikasi
Demensia sering kali memengaruhi aktivitas harian pasien. Dalam beberapa kasus, pasien berisiko mengalami komplikasi Gejala Penyebab sebagai berikut:
- Radang paru-paru: Demensia juga menimbulkan kesulitan dalam menelan, sehingga mampu meningkatkan risiko tersedak atau menyedot makanan ke dalam paru-paru, yang dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
- Kesulitan dalam merawat diri: Karena ada sel saraf yang terganggu, demensia dapat menyebabkan kesulitan saat mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi, menggunakan toilet, dan minum obat secara akurat.
- Keamanan: Dalam beberapa situasi sehari-hari, demensia dapat menghadirkan masalah keamanan, termasuk dalam mengemudi, memasak, dan berjalan sendirian.
- Kematian: Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian.
7. Pengobatan
Berdasarkan keterangan dari Gejala Penyebab Alzheimer’s Association, pengobatan demensia bergantung pada penyebabnya.
Dalam kasus demensia yang paling progresif, termasuk penyakit Alzheimer, tidak ada obat dan pengobatan yang dapat memperlambat dan menghentikan perkembangannya.
8. Pencegahan
- Jaga pikiran tetap aktif dengan melakukan aktivitas yang merangsang mental seperti membaca, menyelesaikan puzzle, permainan kata, dan latihan daya ingat dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi efeknya.
- Aktif secara fisik dan sosial. Keduanya dapat memperlambat gejala awal demensia dan menurunkan gejalanya. Targetkan olahraga rutin 150 menit per minggu.
- Kelola faktor risiko kardiovaskular. Obati tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan indeks massa tubuh (BMI) tinggi. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko beberapa jenis demensia. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah mengobati tekanan darah tinggi dapat mengurangi risiko demensia.
- Menangani kondisi kesehatan. Konsultasi ke dokter bila mengalami kehilangan pendengaran, depresi, atau kecemasan.
- Pastikan tidurmu berkualitas. Konsultasi ke dokter bila kamu mengorok dengan keras atau ada periode henti napas saat tidur.
Itulah fakta seputar penyebab, gejala, jenis, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan demensia. Ingat, demensia bukanlah proses penuaan yang normal. Cegah demensia dengan melakukan pola hidup yang aktif dan sehat sesuai dengan tips di atas. Semoga bermanfaat!
Sumber agen pkv games berkualitas
𝑾𝒉@𝒕𝒔𝟒𝒑𝒑 : +62 819–3431–7326
𝐋𝟏𝐧𝐤 : https://tempat.link/vipdomino
VIPDOMINO : Situs Bandar Domino Terpercaya dengan Permainan Terlengkap serta Deposit Melalui Bank ,E-wallet, dan Pulsa Potongan Rendah Modal Receh Outo Sultan Terbukti RTP Tertingi